Tak Beguna? Bahagialah

Menjadi seorang tak berguna rasanya lebih nyaman karena dengan rasa ketidak bergunaan untuk orang lain bisa membuat kita berguna untuk diri kita sendiri. Membahagiakan diri sendiri itu penting karena tidak semua orang memahami diri kita.

Bila sudah bisa membahagiakan diri sendiri maka sekitarmu insyaallah akan tertular kebahagian yang kita buat. Sepele sebenarnya, contoh kita akan ikut tersenyum melihat gerak gerik anak kecil yang tertawa dengan dunianya. Karena saya yakin bahagia itu bisa menular.

Bahagia itu diciptakan, maka yakinlah kalau kita bisa pula menciptakan kebahagian itu. Dengan hal hal berikut

1. Biasakan syukur tiap bangun tidur.
Berapa banyak diantara kita bangun tidur diawali dengan kemalasan. Karena kita lebih sering berdoa sebelum tidur ketimbang doa setelah tidur. Harusnya kita bersyukur pada Allah yang membangunkan kita lagi dari tidur kita, karena tidur adalah kata lain dari mati sementara.

2. Sapa siapapun dengan senyuman
Karena bahagia itu menular maka begitupula senyuman, karena dengan senyum pada siapapun yang kita jumpai, maka pasti kan berbalas senyum walau kita tak mengenal orang tersebut, kenapa? Karena senyum sama halnya sedekah, orang yang menerima sedekah pasti akan merasakan kebahagiaan.

3. Siaplah mati kapanpun akan terjadi
Setiap orang yang merasa akan mati setiap saat, pasti akan berbuat banyak kebaikan pada siapapun dan dimanapun berada. Jadi jangan pernah jadikan kematian itu sebuah ketakutan namun jadikan pengingat kita untuk bisa bahagia ketika hidup dan berbuat baik selagi hidup. Karena hidup didunia itu hanya sekali, maka nikmatilah apa yang Allah berikan pada kita dan jangan lupa menyebarkannya dengan berbagi dan berbagi.

Jadi yuk terus bahagia walau kita merasa tak berguna untuk orang lain. Karena siapa tahu kebahagian kita adalah kebergunaan diri kita untuk orang lain.

Pamit Berkarya

Akhirnya bisa pentas juga, penampilan perdana teater pitulikur alfurqon dengan memainkan judul "PAMIT" karya: Kh.N.

Teater Pitulikur, nama yang diambil dari bahasa jawa terjemahan dari angka 27, nomor identitas salah satu asrama di Ponpes Darul Ulum bernama Alfurqon yang diasuh oleh Gus Azmi.

Gus Azmi adalah seorang teman masa kecil yang selalu punya banyak ide dan keinginan yang tak terduga, termasuk membuat sebuah komunitas teater ditengah pondok pesantren Darul Ulum. Sungguh suatu yang mungkin tidak lazim dikalangan pesantren. Keinginannya membuat kelompok teater ini sudah cukup lama namun baru terealisasikan tahun 2019.

Berawal dari Gus Azmi yang suka dengan karya seni termasuk seni pertunjukan. Suatu saat setiap saya habis melihat pentas teater, saya ceritakan padanya mengenai hasil dari pentas beberapa kawan komunitas teater yang ada di Jombang hingga akhirnya Iapun tertarik dan berkata "esok kalau ada pentas tolong saya diberitahu saya ingin lihat" kebetulan saat itu akan ada pementasan dari KTA komunitas tombo ati dengan judul wiruncana murco.

Gus Azmi takjub dengan pementasan KTA yang memang saat itu begitu ciamik, dan ia berpesan pada saya "kira kira kalau dipesantren ada komunitas teater mungkin gak". Kala itu hanya saya jawab dengan enteng "mungkin saja gus". Lantas ia menimpali jawaban saya dengan ucapan "kalau begitu saya pengen buat komunitas teater di asrama (alfurqon)". Sayapun kaget dan mulai berpikir bagaimana caranya dan apakah benar benar bisa dipesantren ada teater, karena menurut saya membuat komunitas teaternya sih mudah namun menjalankan rutinitas kelompok teater ini yang jadi pikiran, karena pesantren itu pasti jadwalnya padat dan banyak aturan yang menurut saya akan sangat berat untuk menjalankan ibadah teater didalamnya.

Tiap bertemu dengan Gus Azmi selalu ada pertanyaan, "Gimana? Bisa ngak alfurqon punya komunitas teater?" Dan jawaban saya selalu bisa namun sulit. Mendengar jawaban saya yang selalu sama ketika ditanya tentang komunitas teater di pesantre Gus Azmi pun berkata "kalau belum dan sulit, gimana kalau kita undang komunitas teater pentas di asrama alfurqon?? Bisa ngak?" Bak gayung bersambut, ketika saya diskusi dengan beberapa kawan komunitas teater di Jombang, mereka menyambut keinginan Gus Azmi dengan antusias yang besar.

Dan tampillah beberapa set pementasan di asrama 27 Alfurqon, mulai dari pentas sederhana kawan komunitas teater RC dengan judul Tukang Cukur hingga pentas Besutan oleh komunitas teater Mbesenet dll. Gus Azmi malah semakin sering bertanya dan meyakinkan pada saya bahwa ia semakin ingin segera untuk membentuk komunitas teater di asrama yang ia asuh.

Dengan bismillah dan kemantapannya akhirnya dibuka kelas teater di asrama 27 alfurqon dan diluar perkiraan ternyata santri yang ingin mengikuti kelaa teater begitu banyak. Sebelum memiliki nama Pitulikur, kelas teater ini dilatih oleh Mas Maula Rofi salah satu pelaku teater dari salah satu komunitas teater di Jombang. Para santri alfurqon dilatih Mas Maula tiap seminggu sekali, mereka belajar banyak hal di kelas teater hingga mereka yang awalnya biasa saja jadi begitu tertarik dengan kelas teater ini, dan terselenggarakan diklat teater di Wonosalam dan terbentuklah komunitas dari kelas ini dengan nama Teater Pitulikur. Namun sayang awal tahun 2020 Teater Pitulikur berhenti latihan karena wabah corona.

Alhamdulillah di awal tahun 2021 kegiatan teater kembali hidup, namun Mas Maula sudah tidak bisa menjadi pelatih karena jadwal kerjanya. Akhirnya Gus Azmi meminta saya untuk mencarikan pengganti Mas Maula, dan bertemulah saya dengan Mas Rama dan Mbak Nisa yang berkenan melanjutkan kegiatan Teater Pitulikur asrama Alfurqon. Dengan bekal ilmu yang sudah sedikit banyak dimiliki oleh para santri sebelumnya. Mas Rama dan Mbak Nisa mengajak teater pitulikur untuk membuat pentas perdana. Hal itupun didukung dengan sungguh oleh Gus Azmi.