Pagi menyapaku sedikit terlambat, namun aroma embun yang pekat dan kicau burung yang memikat seakan memaksa kedua alisku yang melekat terbuka dan melihat mentari pagi telah berilustrasi membentuk warna warna indah karya Ilahi.
Mimpi mimpiku semalam begitu temaram, ada aku dia dan kamu menjadi satu dalam kotak mimpiku. Entahlah semakin hari semakin sering kau datangi mimpiku yang sering sendiri, dan kamu tak pernah hadir sendiri, kamu selalu bersama orang yang kusayangi.
Kembali ke pagi, air di bak mandi mengajakku meresapi dinginnya pagi dan semangat mentari, tergambar wajah wajah gembira anak anak rantau di sekolah menantiku sembari tersenyum mesra menyapaku, ah aku begitu terpesona akan hal itu. Di ujung ruangku kusapa wajah elok nan syahdu kekasihku, wajahnya ingatkanku pada pangeran dan bidadariku yang jauh dari dekapanku. Kaupun tak luput dari sapa pagiku, walau wajahmu tak kutempel didinding kamarku. Karena kau memang belum jadi milikku namun kau selalu hadir setelah kusapa semua orang terkasihku.
Aku telah bugar, segar dan siap tuk mengajar, motor pun telah siap berputar dan mengantar. Sampaiku disekolah pagi ini ditemani derap kaki muda mudi berjalan gontai menunggu bel berbunyi, sedang aku hanya memandangi parkiran yang masih sepi dan berharap kau datang setelahku berhenti pagi hari ini. Saat kau datang dan buatku memandang tak lekang, fiuuh aku serasa mulai terserang dan meradang tak jelas setiap kau kupandang. Pandanganku terpaku dan ku hanya diam kelu memperhatikanmu dari ujung jilbab hingga kakimu. Ah kau terlalu sempurna di mataku yang sedang mencinta.