Sendiri aku sekarang ingin menulis sesuatu yang pernah kualami dan terlampau begitu saja dari hidupku. Dalam kehidupan, kita pasti menjumpai berbagai pengalaman baik batin ataupun jiwa, kali ini aku ingin bertutur tentang keduanya.
Dahulu saat aku masih berseragam merah putih aku adalah anak yang pendiam dan hanya selalu berangan, banyak yang aku angankan seperti mengendari sepeda motor dan
memilikinya sendiri, ada juga seperti mengendarai mobil yang sangat
bagus. Semua itu hanya angan belaka saatku pulang sekolah dan hendak
merobohkan diri diatas kasur yang setengah empuk. Aku hidup terus
bertambah baik umur ataupun ragaku, didaerah
jombang dan ditengah kawan-kawan yang berbeda-beda tapi tetap sebaya.
Aku sejak lahir tahun 1988 bulan juli tanggal 16 hidup di jombang
walaupun aku sebenarnya adalah berdarah asli madura (ayah dan ibuku). Dahulu, aku dijuluki tukang ngambul oleh
teman-teman sejawatku “nggondokkan” (jawanya), karena aku bila tidak
diajak, aku suka marah dan tak menyapa beberapa hari pada yang berbuat
seperti itu padaku.
Hidupku
dimasa kecil banyak kenangan seperti : aku mulai kelas 4 SD sudah tidak
bersama ayahku yang paling aku kagumi setelah guruku. Beliau tinggalkan
aku disaat aku masih duduk dibangku kelas 4, saat itu aku masih belum
tahu apa-apa, bahkan aku pada saat itu bilang pada orang yang berkunjung
kerumahku “ayahku telah meninggal” dengan tersenyum. Tapi kini saat
kulihat wajah ayahku dibingkai foto saat itu juga air mataku menetes
membasahi bajuku. Semenjak itu hidupku mulai berubah dari yang pendiam
menjadi anak yang banyak bergerak dan bahkan bisa dianggap nakal. Kelas 4
SD aku sudah menjadi perokok berat, bayangkan dalam sehari aku
menghabiskan 1 bungkus rokok, dan aku tahu berapa uang yang aku buang
sia-sia untuk merokok. Selain itu aku dulu juga penggila playstation,
pernah aku dalam sehari penuh tidak pulang dari rental PS. Namun ketika
aku duduk di kelas 6 aku ingin diriku jadi yang terbaik untuk kedua
orang tuaku walau aku masih tetap bandel. Aku di sekolah dasar banyak
mengikuti kegiatan mulai dari pramuka dan marching drum band dan
lain-lain. Cita citaku dimasa kecil adalah menjadi seorang angkatan
laut. Setiap sebelum tidur aku selalu melamun mengkhayal menjadi nahkoda
dan hidup ditengah laut lepas menghadapi badai dan terjangan
ombak,bahkan sampai sekarangpun aku masih selalu berkhayal seperti itu.
Setelah
lulus dari bangku SD aku masuk ke pesantern ilmu alquran di daerah
malang. Semenjak aku masuk pesantren ini ada kebiasaan yang harus dan
wajib aku hentikan karena aku telah berjanji pada ibuku bahwa aku tidak
akan merokok selama nyantren (menjadi santri). Dan hal ini telah aku
tepati walau sekali aku melanggar janjiku saat aku kelas 2 MTs (SMP),
itupun karena aku tak kuat menahannya tapi itu hanya terjadi sekali dan
hanya satu batang. Di pesantren kujalani hidupku penuh dengan rasa
kebersamaan, mulai dari mandi bersama, tidur, makan, ngaji dan lainnya
kita hidup bersama kecuali dalam hal uang yang jelas. Karena kita
dikirim berbeda dan berbeda pula orang tua kita. Kenikmatan kebersamaan
aku alami di pesantren dan hal ini takkan pernah terlupakan selamanya.
Aku
dipesantren hanya mengaji, untuk urusan sekolah aku belajar diluar
pesantren karena pesantren hanya menyediakan ladang untuk mencari ilmu
agama bukan ilmu dunia, maka dari itu aku sekolah di yayasan yang dibuat
oleh Bapak Tholha Hasan yaitu yayasan almaarif. Di yayasan ini aku
belajar dan mempunyai banyak teman mulai dari aceh sampai merauke,
karena di almaarif adalah sekolah satu-satunya yang ada di Singosari
dahulunya. Dan disana berkumpullah murid dari berbagai pesantren yang ada
di Singosari. Diantaranya: Nurul huda, PIQ, Al-Islahiyah, dan masih
banyak lagi. Oleh karena itu bertemulah antara santri dan santriwati
dalam satu wadah yaitu Almaarif.disini mereka saling tukar cerita
tentang daerah mereka masing –masing dan bertukar pikiran serta pendapat
tentang indonesia dan lain sebagainya. Pertama kali aku masuk di
Almaarif adalah di bangku MTs (setingkat SMP) disekolah ini aku masuk
kelas1 unggulan walaupun sebenarnya aku bukan anak yang patut
diunggulkan, dikelas ini aku selalu kalah bersaing dalam pelajaran dan
selalu mendapat rangking tengah, karena kawan-kawanku adalah manusia
super semua. Tapi aku juga senang masuk kelas ini karena bisa berteman
degan mereka yang tahu tentang ilmu yang berbeda-beda. Kelas ini tidak
pernah berubah sampai kelas 3 MTs, kelas ini tetap kelas unggulan dan
aku bersyukur masuk kelas ini karena pasti naik kelas (heheheh!) .
Dikelas ini aku menemukan banyak teman baik laki-laki maupun perempuan,
salah satu teman yang paling aku kenal dan dia sangat mengenal diriku
adalah Whieldha Fitriah, dia adalah teman terbaikku. Bagaimana aku tak
menyebutnya teman terbaikku karena setiap aku tidak masuk dia selalu
bertanya kenapa aku tidak masuk? Setiap aku tidak bisa mengerjakan PR
dia selalu mengerjakannya untukku dan masih banyak lagi kebaikan yang
belum pernah bisa aku balas sampai saat ini, hutang budiku padanya
banyak sekali. Whielda adalah gadis cantik dari Pujon Malang, dia pernah
menjabat sebagai ketua osis saat itu. Banyak anak lelaki yang tertarik
pada kecantikannya baik itu tingkat SMP ataupun SMA, sempat hal ini
membuatku cemburu tapi setelah aku berpikir kembali kenapa aku harus
cemburu? Padahal diriku hanya sebagai teman dan tak berhaklah bagiku
untuk cemburu pada setiap orang yang mencintainya. Pernah suatu hari
saat kelas 3 aku bertengkar dengan salah satu temannya di osis karena
dia. Ceritanya begini, saat aku di pesantren dan sedang santai-santai
dikamar aku diberitahu pacarnya Whielda yang kebetulan juga teman satu
kamarku, bahwa aku dikata-katai oleh HD(inisial) didepan Whielda, HD
berkata bahwa aku adalah anak yang bla bla bla bla……………….! Ketika aku
diberitahu seperti itu darah mudaku naik dan malam itu juga aku langsung
kekamar HD yang juga satu pesantren dengan aku bahkan sebelumnya ia
adalah teman yang baik padaku dikelas 1 dan 2. Saat aku telah sampai
dikamarnya tanpa pikir panjang aku langsung melempar “dampar” (meja
belajar dari besi) dan tepat dampar itu berhenti dikepalanya, tetapi
untung saja dia melindungi kepalanya dengan tangannya, coba kalau tidak!
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Paginya saat sekolah aku
kembali pada sifatku di SD yaitu ngambek pada whielda, karena dia mau
saja mendengarkan komentar dari HD tentangku, sampai akhirnya saat
pulang dan aku hendak turuni anak tangga, dia menghadangku dan berkata
“mengapa kamu sampai bertengkar dengan HD karena aku? dan mengapa kamu
memalingkan wajahmu dariku akhir-akhir ini?” akupun tersudut dipojok
kelas dan Whielda berdiri didepanku sambil berkata dengan nada sedih
“mus kau sudah kuanggap sebagai saudaraku bahkan sebagai kakakku! Aku
mohon kamu mengerti hal ini mus! Kau sudah banyak memberiku sesuatu yang
baik bagiku (padahal aku tak pernah melakukan apa-apa untuknya), aku
mohon jangan pernah lagi kamu ulangi hal ini! Aku sayang padamu kak!”
mendengar hal ini aku langsung berlari berdebar, kutingglkan ia duduk
disudut ruang itu. Aku tak tahan lagi mendengar hal itu. Esoknya akupun
berusaha kembali seperti biasanya aku menjadi omen. Ini hanya sebagian
kisah yang ku kenang saat aku berteman dengan Whielda dan masih banyak
lagi (seandainya kuceritakan semua mungkin akan tertulis berjuta lembar
kertas) yang lainnya.
Saat
MTs Aku adalah termasuk murid yang bisa dibilang nakal dan ditakuti,
karena persahabatanku dengan mereka yang termasuk anak-anak jalanan
(grunge, punk, black metal dll.) sangat erat sekali, bahkan setiap
pulang sekolah aku duduk bersama mereka (dikedai kopi, trotoar jalan,
dan tempat yang enak buat nongkrong) dan bersenda gurau dengan mereka,
mereka menganggapku teman yang enak diajak bicara(padahal menurutku
adalah yang paling diam diantara mereka), tapi kalau ada salah satu yang
mabuk, aku tidak berani dekat-dekat dengan mereka karena suka
ngelantur. Suatu saat aku pernah ditanya mereka “mengapa kau memilih
berteman dengan kami?” Aku jawab: berteman dengan siapapun saja tidak
jadi masalah bagiku selama mereka mau berteman denganku. Tak ada bagiku
diskriminasi atau pilih-pilih teman, semuanya sama dimataku (sama-sama
makan nasi! Kata temanku fatis). Lalu ia menawari aku rokok dan akupun
menolaknya. Lalu mereka bertanya kembali “berarti kau bukan teman kami
bila kau tidak merokok?” Dan aku menjawab: apakah persahabatan itu harus
diikat oleh rokok? Apa persahabatan itu harus melakukan yang dilakukan
sahabatnya? Tidakkan! Persahabatan itu bagiku tidaklah harus mengikuti
kebiasaan sahabat, tapi persahabatan adalah rantai yang tak bisa patah walau terdapat banyak karat.
Ituah arti persahabatan bagiku, lalu diapun berkata “ baguslah kalau
kamu tak merokok karena sebenarnya aku juga ingin berhenti merokok, tapi
sangat sulit seakan-akan rokok adalah makanan pokok bagiku. Banyak juga
kisahku dengan mereka diantaranya: saat kita mau nonton sepak bola
antara AREMA vs DELTRAS yang dimulai jam setengah tiga sore, saat pulang
sekolah akupun tidak langsung kembali ke pesantren melainkan langsung
ke salah satu rumah mereka dan ganti baju. Saat itu kita hanya punya
uang untuk tiket saja sebesar 15000 tiap anak,bahkan ada yang tidak
mempunyai uang sekalipun, ini adalah awal kali aku menonton sepak bola
di stadion. Setelah selesai ganti baju kita menuju jalan raya menunggu
trailer, ada salah satu dari kita yang berdiri ditengah jalan sambil
menyetop trailer, padahal trailer itu melaju cepat, tapi dia tidak
bergerak dari tempatnya, sampai-sampai trailer itu hendak menabraknya.
Setelah trailer berhenti kitapun naik sambil berlari karena setelah anak
tadi tidak lagi didepan trailer sopir langsung tancap gas, hampir saja
saat saat itu aku jatuh dari trailer tapi untung saja tanganku masih
memegang pinggiran dari trailer, tapi kakiku saat itu sudah tak bisa
berdiri karena terseret. Akhirnya akupun bisa naik dibantu kawan-kawan
dan setelah sampai di stadion kulihat kanjuruhan sudah sesak dengan
kebiruan aremania tidak didalam maupun diluar, tapi kita termasuk yang
ada didalam. Dan yang membuatku takjub pada aremania saat itu adalah
saat mereka bernyanyi berginjak-ginjak, serasa stadion terkena gempa dan
mereka sangat kompak. Setelah pulang akupun merasakan senang dan lega
mendapati semua yang kualami hari itu. Ini hanya seklumit cerita hidupku
dengan mereka dan masih bayak lagi seperti nonton bokep, nganja!(tapi
aku tidak ikut) dll. Begitulah keseharianku di MTs Almaarif aku lewati,
selain kewajiban belajar. Saat MTs aku pernah kena hukuman di pesantren
karena melanggar peraturan yaitu nonton bola di stadion pokoknya hari
itu aku apes banget karena AREMA kalah dan pulangnya eh malah kena
hukuman. Akhirnya aku di gunduli sampek plontos dan dijilid didepan
temen-temen sebanyak 20 kali jilidan, ketika setelah sholat maghrib. Dan hukuman itu adalah hukuman pertama yang aku dapat selama pesantren diantara 8 hukuman lainnya.